Profile![]() So lemme introduce a bit about myself here, I'm Intan Rizky Yuliani, just Intan for short I love my girlies, we laugh, we cries, we doing fun stuff And yes, i have a boyf, but i'm in love in "someone" in my college HAAHHA ssshhh :P Affiliates Kikih Maya Nining Okty Vira Sally |
Misc
|
Kiamat, shock, down, kaget, tak bisa menerima bahkan masih banyak lagi, sampai-sampai ada yang merasa bahwa Tuhan tak adil. Itulah perasaan sebagian besar orang tua ketika mengetahui anak-anak mereka terdeteksi menyandang “kelainan” dan berbeda dengan anak-anak lainnya. Terlebih bila sang buah hati yang dinanti-nanti adalah anak pertama, yang sangat diharapkan kehadirannya.
Memiliki seorang anak autis bukan lah kiamat. Jangan pernah malu, jangan pernah menghakiminya sebagai anak cacat dan perlakukanlah mereka selayaknya manusia sewajarnya. Karena jika mereka dapat memilih pastinya, mereka tidak ingin terlahirkan sebagai autis. Tidak mudah untuk para Ibu menerima buah hatinya dalam kondisi seperti ini, tetapi yakinlah bahwa Tuhan akan memberikan kesempurnaan di balik kekurangan mereka.
Asal Mula Autis
Pada tahun 1983, seorang doctor psikiatri bernama Hans Asperger yang dikenal sebagai penemu Asperger’s Syndrome melakukan penelitian terhadap empat orang anak kecil yang kelakuannya aneh. Mereka tuh lack of emphaty, tidak merespon jika diajak berkomunikasi, kerap mengeluarkan bunyi-bunyian aneh yang tidak bisa dimengerti apa maksudnya oleh orang lain. dan kerap mengulang-ulang sebuah gerakan. Namun menurutnya mereka sangat cepat menyerap berbagai informasi yang berhubungan dengan sesuatu yang mereka sukai. Contoh, mereka menyukai pesawat terbang. Dengan sendirinya mereka mengetahui seluk beluk dan detail tentang pesawat terbang.
Walau istilah autis dalam terminologi modern pertama kali diperkenalkan oleh Pak Asperger, namun autis itu sendiri konon sudah ditemukan sejak lama, jauh sebelum istilah autis dibuat. Bukti akan hal ini antara lain bisa diliat dari tulisan Martin Luther (seorang rohaniawan Jerman yang hidup antara tahun 1483 – 1546), yang berjudul Table Talk. Didalam tulisan itu Pak Luther menceritakan tentang seorang anak berumur 12 tahun yang memperlihatkan gejala-gejala autis. Hanya saja, karena saat itu Martin Luther belum tahu penjelasan ilmiah tentang gejala-gejala autis, dia mengira anak tersebut Soulless mass of flesh possessed by the devil!
Lama setelah kepergian Martin Luther, pada tahun 1910 baru ada seorang psikiater asal Swiss yang mengulik soal ini. Psikiater bernama Eugen Bleuler itu menyimpulkan bahwa gejala-gejala tersebut merujuk pada gangguan psikologis: schizophrenia (baca: gila). Bleuler lalu menamai gejala-gejala itu dengan autismus, yang diambil dari kata dari bahasa Yunani: autos (yang berarti self).
Pengertian Autis
Istilah autisme berasal dari kata “Autos” yang berarti diri sendiri “Isme” yang berarti suatu aliran. Berarti suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya sendiri. autisme adalah suatu keadaan dimana anak berbuat semaunya sendiri, baik cara berfikir maupun berperilaku. Keadaan ini biasanya mulai terjadi sejak usia masih muda, biasanya sekitar usia 2-3 tahun.
Menurut Autism Research Center (USA), Autis is A spectrum of neurodevelopment condition! It’s a part of brain developmental disorder. Maksudnya adalah kondisi dimana seorang anak mengalami gangguan perkembangan sel-sel saraf otak yang menyebabkan mereka susah berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain, bahkan dengan orang-orang terdekatnya sekali pun.
Keadaan ini mulai terjadi sejak usia masih muda, biasanya sekitar usia 2-3 tahun. Autisme bisa mengenai siapa saja, baik sosio-ekonomi mapan maupun kurang, anak-anak ataupun dewasa dan semua etnis (Faisal Yatim dalam Kasih, 2006).
Penyebab Autis
Penyebab autis sejauh ini belum diketahui dengan pasti, namun diduga kuat berkaitan dengan faktor keturunan, khususnya hubungan antara ibu dan janin selama masa kehamilan. Namun terjadinya kasus autisme, tentu saja merupakan disebabkan mutifaktor. Pada mulanya dulu di tahun 1940-an dr. Leo Kanner pernah melaporkan temuannya bahwa orang tua dari anak yang autisme ternyata kurang memiliki kehangatan dalam membesarkan anaknya. Beberapa teori terakhir mengatakan bahwa faktor genetika memegang peranan penting pada terjadinya autisme. Bayi kembar satu telur akan mengalami autisme yang mirip dengan saudara kembarnya. Juga ditemukan beberapa anak dalam satu keluarga atau dalam satu keluarga besar mengalami yang sama. Selain itu pengaruh virus seperti rubella, toxo, herpes; jamur; nutrisi yang buruk; perdarahan; keracunan makanan, dsb pada kehamilan dapat menghambat pertumbuhan sel otak yang dapat menyebabkan fungsi otak bayi yang dikandung terganggu terutama fungsi pemahaman..
Akhir-akhir ini dari penelitian terungkap juga hubungan antara pencernaan dan gejala autisme. Ternyata lebih dari 60 % penyandang autisme ini mempunyai sistem pencernaan yang kurang sempurna. Makanan tersebut berupa susu sapi (casein) dan tepung terigu (gluten) yang tidak tercerna dengan sempurna. Protein dari kedua makanan ini tidak semua berubah menjadi asam amino tapi juga menjadi peptida, suatu bentuk rantai pendek asam amino yang seharusnya dibuang lewat urine. Ternyata pada penyandang autisme, peptida ini diserap kembali oleh tubuh, masuk kedalam aliran darah, masuk ke otak dan dirubah oleh reseptor opioid menjadi morphin yaitu casomorphin dan gliadorphin, yang mempunyai efek merusak sel-sel otak dan membuat fungsi otak terganggu. Fungsi otak yang terkena biasanya adalah fungsi kognitif, reseptif, atensi dan perilaku. Pendapat yang sudah menjadi konsensus bersama para ahli belakangan ini memang mengakui bahwa autisme merupakan akibat adanya fungsi luhur dalam otak.
Tanda Tanda Autis
1. Tidak bisa menguasai atau sangat lamban dalam penguasaan bahasa sehari-hari
hanya bisa mengulang-ulang beberapa kata.
2. Mata yang tidak jernih atau tidak bersinar.
3. Tidak suka atau tidak bisa atau atau tidak mau melihat mata orang lain.
4. Hanya suka akan mainannya sendiri (kebanyakan hanya satu mainan itu saja yang dia mainkan)
5. Serasa memiliki dunianya sendiri
6. Tidak suka berbicara dengan orang lain
7. tidak suka atau tidak bisa menggoda orang lain
K rakteristk dan Diagnosis
Menurut buku Diagnosis and a Statistical Manual of Mental Disorders-Fourth Edition (DSM-IV), autis dapat ditandai dengan tiga gejala utama, yaitu interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku. perilaku dapat berupa kurangnya interaksi sosial, penghindaran kontak mata, serta kesulitan dalam bahasa.
Autis pada anak-anak memperlihatkan ketidakmampuan anak tersebut untuk berhubungan dengan orang lain atau bersikap acuh terhadap orang lain yang mencoba berkomunikasi dengannya. Mereka seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri, bermain sendiri, dan tidak mau berkumpul dengan orang lain. Namun, anak autis biasanya memiliki kelebihan atau keahlian tertentu, seperti pintar menggambar, berhitung atau matematika, musik, dan lain-lain.
Untuk memeriksa apakah seorang anak menderita autis atau tidak, digunakan standar internasional tentangautisme. ICD-10 (International Classification of Diseases) 1993 dan DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual) 1994 merumuskan kriteria diagnosis untuk autisme Infantil yang isinya sama, yang saat ini dipakai di seluruh dunia.
Penanganan
Peran orang tua dalam penyembuhan anak penderita autisme sangatlah penting. Selain harus melakukan pengobatan secara medis, orang tua juga dituntut bijak dan sabar menghadapi kondisi anak. Sebagian besar karena orang tua tidak bijak dan sabar menghadapi kondisi anak. Sebagian besar karena orang tua tidak paham dengan penyakit anaknya. Mereka hanya mengandalkan terapi tanpa berusaha mencari tahu berbagai hal yang baik dan yang buruk selama proses penyembuhan (Alia dalam Kasih, 2006)
Menurut Handojo (2003) sangat perlu dipahami oleh para orang tua bahwa terapi harus dimulai sedini mungkin sebelum susia 5 tahun. Perkembangan paling pesat dari otak manusia terjadi pada usia 2-3 tahun
Kisah Anak Penderita Autis
1. Jefferson Isaac Timotiwu seorang anak autis, dengan tingkah laku tidak terkendali dan tidak lancar bicara mendapat penghargaan lima besar dalam "World Poet Contest" di Washington DC, AS, Agustus 2000 lalu.
2. Oscar Yura Dompas, anaknya yang terdeteksi sebagai anak autisme untuk terus bangkit dan tidak mengalah pada takdir mampu menamatkan kuliahnya di Fakultas Sasta Inggris Universitas Atmajaya, Jakarta . Dua buku kisah hidupnya pun telah diterbitkan, salah satunya dalam bahasa Inggris. Kini, Oscar mampu mandiri dengan profesi sebagai pekerja seni.
Saya harap bacaan ini menjadi inspirasi untuk kaum Ibu, terutama yang memiliki anak penderita autis bahwa dengan terlahirnya dia bukanlah akhir dari dunia. Tuhan memberikan jalan yang berbeda ke setiap umatnya dan percayalah bahwa Tuhan selalu membimbing kita. Dua kisah diatas semoga menjadi spirit baru untuk terus menggali kekurangan yang ada dalam diri penderita autis menjadi kelebihn yang membanggakan.
Label: PR and Publicity